Teknik Kimia #1: Migas

Andifa Rizki
4 min readMar 13, 2021

Teknik kimia, seperti yang telah dibahas pada artikel sebelumnya, adalah sebuah ilmu teknik yang didirikan sebagai pecahan dari ilmu kimia, lebih spesifiknya kimia industrial. Perhatikan: kimia itu didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari terkait materi dan perubahannya. Artinya, ada banyak industri yang didukung oleh ilmu ini yang pada gilirannya meningkatkan relevansi teknik kimia di berbagai bidang usaha. Bidang-bidang usaha tersebut dapat dikelompokkan dalam sepuluh bidang, yakni minyak dan gas, petrokimia, oleokimia, EPC, bioproses, bioenergi, FMCG, elektrokimia, kemurgi, dan farmasetika.

Industri minyak dan gas bergerak di perolehan dan pengolahan minyak mentah menjadi produk-produk yang sudah terpisahkan. Minyak mentah ini berupa campuran hitam yang terdiri dari senyawa-senyawa hidrokarbon dari metana sampai senyawa bekarbon 30 atau lebih (C30+). Sementara itu, produknya dapat berupa metana murni untuk bahan bakar gas, liquefied petroleum gas yang terdiri dari propana dan butana, bensin/gasoline (C5-C10), kerosene, avtur, bahan bakar diesel (C14-C20), dan akhirnya tar untuk bahan aspal.

Produk-produk ini terdiri dalam campuran, by the way, belum tentu murni — campuran ini disebut assay. Untuk memastikan kelayakan, tentu perlu dites komposisi, tetapi bukan hanya itu; tes-tes lain seperti initial boiling point, vapor pressure, kadar sulfur, angka keasaman, gravitasi spesifik dan octane number juga perlu dilakukan. Untuk diketahui dulu, kalau dibahas di sini bakal jadi kuliah dua jam sendiri. Saya akan masukkan ini di segmen khusus How-nya kalau ada niat. Senyawa-senyawa yang tadi disebut dapat digolongkan dalam empat jenis, berupa parafin (alkana), olefin (alkena), naftena (sikloalkana), dan aromatik yang bisa disingkat PONA. Secara umum senyawa olefin, naftena, dan aromatik akan lebih berguna untuk mesin bensin, sedangkan senyawa parafin akan lebih berguna untuk mesin diesel.

Industri migas sejatinya dibagi menjadi tiga bagian, yakni upstream (hulu, eksplorasi), midstream (tengah, penyimpanan dan transportasi), dan downstream (hilir). Untuk kepentingan kita, upstream atau eksplorasi bukan bagian keilmuan teknik kimia walaupun peluang karir di sini selalu terbuka bagi lulusannya. Midstream dan downstream — nah itu baru keilmuan teknik kimia. Midstream dalam hal ini maksudnya transportasi migas dari eksplorasi ke kilang (refinery) yang merupakan bidang keilmuan utama lulusan Teknik Kimia di industri migas.

Industri pengilangan minyak dimulai secara independen di benua Amerika dan Eropa sejak 1830 oleh beberapa orang seperti Jan Józef Ignacy Łukasiewicz, Samuel Kiel, dan Abraham Gessner dengan lokasi kilang-kilang minyak pertama di Romania, Polandia (oleh Łukasiewicz yang tadi), dan Jerman. Di Indonesia, industri ini dimulai di Wonokromo sebagai lokasi eksplorasi sejak 1871 dan Palembang sebagai kilang/refinery sejak 1908 dengan campur tangan Belanda melalui Bataafsche Petroleum Maatschappij (lit. Perusahaan/Maskapai Minyak Batavia). Industri ini kemudian terus berkembang, salah satunya disokong oleh perkembangan teknologi mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang mengonsumsi gasoline atau diesel, hingga sekarang: secara global telah terdapat 697 lokasi pengilangan minyak, dengan tujuh di antaranya di Indonesia, serta telah tercapai angka konsumsi minyak sebesar 100 juta barel per hari di tahun 2019.

Perkembangan industri ini taklepas dari berbagai pemain dari berbagai negara. Secara umum ada dua tipe pemain dalam industri ini, yakni perusahaan minyak (oil company — OC) dan perusahaan servis minyak (oil services company — OSC).

Dalam skala global, Sinopec, Saudi Aramco, CNPC, Shell, BP, ExxonMobil, Total, Gazprom, dan Chevron menjadi pemain kunci di kategori OC sedangkan di Indonesia kita kenal Pertamina dan anak-cucu perusahaannya — yang relevan contohnya Pertamina Hulu Energi, Kilang Pertamina Internasional, Elnusa, PGN, dan Badak LNG.

Saya nulis ini baru sadar juga: banyak pulanya perusahaan yang punya negara masing-masing? Aramco punya Saudi, Gazprom punya Rusia, CNPC dan Sinopec punya China, Petronas punya Malaysia, Pertamina punya Indonesia. Nggak salah juga sih, proyek strategis negara soalnya. High risk high return pula, CAPEX nya sendiri bisa miliaran USD.

Perusahaan tipe kedua, yakni OSC, umumnya bekerja di bidang layanan pengeboran (upstream) seperti karakterisasi seismik, analisis reservoir, dan logging. Pemain di bidang ini misalnya Schlumberger, Halliburton, Baker Hughes, dan Pertamina Drilling Services Indonesia. Perusahaan-perusahaan di bidang ini memperoleh pendapatan melalui kerja sama dengan perusahaan-perusahaan OC seperti Schlumberger yang menggandeng Elnusa untuk lima lini servis berupa reservoir characterization, pengeboran, produksi migas, surface production facilities serta integrated services.

Jadi, industri migas adalah industri yang bergerak dalam perolehan minyak mentah, pengiriman minyak mentah ke kilang, dan pengilangan minyak. Produk dari kegiatan ini adalah minyak dan gas yang telah dipisahkan sesuai kepentingannya. Pengilangan minyak pertama dilakukan di Eropa pada 1850an dan diteruskan ke Indonesia melalui Belanda. Sekarang telah ada 697 kilang di seluruh dunia oleh para key player seperti Pertamina di Indonesia untuk oil company dan Pertamina Drilling Services untuk oil service company dengan kebutuhan yang tidak main-main yakni 100 juta barel per hari. Beberapa key player adalah perusahaan milik negara masing-masing untuk menjaga keuntungan strategis negara dan mengamankan dana miliaran dolar.

--

--