Pahlawan Devisa Negara

Andifa Rizki
4 min readApr 3, 2021
Sumber: https://www.kabaruang.com/2019/03/kuatnya-rupiah-tak-tergoyahkan-di-level-rp14-094-usd/

Disclaimer: Informasi dalam tulisan ini disediakan untuk kepentingan pendidikan dan penerangan semata, dan tidak boleh ditafsirkan sebagai saran legal. Anda tidak boleh bertindak atau menahan tindakan berdasarkan konten dalam informasi ini tanpa mencari saran legal atau saran profesional lain. Kami melepas kewajiban atas tindakan yang Anda ambil atau tidak Anda ambil berdasarkan konten dalam tulisan ini. Operasional tulisan ini tidak menciptakan hubungan pengacara-klien antara Anda dan kami.

Seperti judulnya, para tenaga kerja Indonesia di luar negeri (disingkat TKI) disebut sebagai pahlawan devisa negara. Namun, alasan penyebutan pahlawan devisa negara itu pun aku bingung dari sejak diperkenalkan di SD sampai beberapa waktu lalu. Untuk menyelesaikan kebingungan itulah artikel ini ditulis.

Jadi, ada tiga faktor penting yang saling menguatkan dan menggandakan, yakni:

Keuntungan APBN dari remitansi (pengiriman uang),

Unsur teknis valas, dan

Penyalaan ekonomi daerah asal

Pertama, jasa remitansi. Langsung saya arahkan ke file dari OJK saja ya untuk definisinya.

Dari remitansi, pemerintah memperoleh banyak uang — dapat mencapai 10% APBN, kedua tertinggi setelah migas.

Pengiriman uang atau remitansi yang dilakukan tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri merupakan salah satu sumber arus uang terbesar khususnya negara berkembang seperti Indonesia dan berperan penting dalam pembangunan suatu negara. Tercatat dalam penelitian yang dilakukan Bank Indonesia, remitansi menyumbang sebesar 10 persen APBN dan menempati posisi kedua setelah pendapatan dari sektor migas. — Afriska dkk. dalam Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, 2018

Secara pasti, angka remitansi di Rp119 triliun menurut Kemnaker dan Rp118 triliun menurut Bank Dunia.

Rodrigo Chaves, Perwakilan Bank Dunia di Indonesia mengatakan, sumbangan remitansi ini berasal dari sekitar 9 juta imigran Indonesia yang bekerja di luar Indonesia.

“Jumlah remitansi mencapai Rp118 triliun. Ini sekitar satu persen dari PDB dan memberi sumbangan ke pajak sekitar 10 persen,” ujarnya saat memaparkan data imigran Bank Dunia, Selasa (28/11).

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20171128114247-78-258562/bank-dunia-remitansi-tki-tembus-rp118-triliun

Kedua, kekuatan uang rupiah. Mata uang bisa dikatakan kuat salah satunya karena banyak yang mau dan kesengsem dengan mata uang tadi ‘kan? Sebaliknya, kalau minat terhadap uangnya sedikit, uangnya jadi lemah. cough uang Korut cough

Karena para TKI akan mengirimkan gajinya dalam rupiah, tentu akan ada jasa penukaran uang yang terlibat. Jasa ini akan memperkuat uang rupiah mengingat peningkatan demand rupiah dan penurunan demand dolar US/ dolar Taiwan baru/insert nama mata uang di sini.

Ketiga, yang paling penting, remitansi dapat menghidupkan perekonomian dalam semua skala: keluarganya sendiri, kampungnya, hingga makroekonomi Indonesia. Mari kita berhitung sejenak. Dilansir dari Kompas:

Gaji TKI di Taiwan rata-rata berkisar 17.000 NT (dollar Taiwan) sampai 23.000 NT atau Rp 8.638.000 hingga Rp 11.687.000 (kurs Rp 506). Setelah dipotong untuk agen sebesar 1.500 NT. Setiap bulan rata-rata tenaga kerja Indonesia (TKI) di Taiwan bisa mengirim uang ke kampung halaman sekitar 10.000 NT (Rp 5.081.000). Secara keseluruhan, jumlah pekerja migran di Taiwan sekitar 670.000. Di mana pekerja migran Indonesia cukup mendominasi di Taiwan. — Idris dalam Kompas, 2020

Lima juta rupiah per orang, dikalikan 670 ribu orang. Jadinya 3,3 triliun per bulan. Bahkan dengan safety factor sebesar 5 pun jadi 670 miliar per bulan. Dari Taiwan saja. Maka, Rodrigo Chaves dalam hal ini sudah dapat dikatakan make sense terkait angka remitansi Indonesia.

Jadi, kehidupan perekonomian Indonesia sangat memungkinkan untuk terus hidup dengan sokongan para TKI.

Bahkan, kalau kita kembali lagi ke konsep remitansi di poin 1, sesungguhnya kita warga Indonesia yang profesinya mungkin tidak tercakup dalam “perspektif konvensional TKI” bisa juga berperan dalam devisa negara Indonesia (memenuhi poin 1 atau paling tidak poin 3). Salah satunya adalah dengan pekerjaan jarak jauh atau freelance dengan klien internasional yang, surprise, ternyata diakomodasi juga oleh Amerika Serikat! Bahkan bisa juga tanpa membayar pajak Amerika!

Kalau mempertimbangkan potensi dari sana juga, devisa negara kita bisa lebih banyak lagi. Mari berhitung: Junior Frontend Developer — re: HTML, CSS, Javascript, tampilan website — bisa membawa pulang US$55k-US$80k (sangat bervariasi, tergantung pintar-pintarnya negosiasi ini mah). Dengan kurs US$1 = Rp14.500, maka gajinya si Frontend ini per tahun bisa minimal Rp800 juta, bahkan bisa mencapai 9 digit. Untuk konteks, per bulan artinya bisa bergaji minimal Rp65 juta. Sangat cukup untuk mendukung perekonomian kampung halaman kita.

Kesimpulannya, TKI bisa disebut Pahlawan Devisa Negara karena penerimaan APBN dari remitansi, kuatnya uang Indonesia dari peningkatan demand terhadap rupiah, dan hidupnya kegiatan perekonomian dari uang yang diserap TKI tersebut. Walaupun demikian, selain TKI “konvensional”, kita pun bisa menjadi pahlawan devisa negara dengan memperoleh pekerjaan dan bisnis di luar negeri serta mempergunakan uang di Indonesia. Hal ini sangat masuk akal dan sangat menggiurkan karena ini artinya kita dapat memasukkan uang ke perekonomian Indonesia tanpa perlu mengeluarkan barang dan jasa sebagai timbal baliknya.

--

--