Teknik Kimia #2: Petrokimia

Selamat Idulfitri 1442 H dan Dirgahayu Pendidikan Teknik Kimia Indonesia. Selamat ulang tahun ke-80. Mari terus melangkah bersama dengan hati dan integritas menuju Indonesia sebagai ‘barometer pertumbuhan ekonomi dunia’ dan pemain utama dalam berbagai industri.

Andifa Rizki
4 min readMay 13, 2021
Photo by Science in HD on Unsplash

Sudah dibaca headline di atas? Petrokimia berperan penting dalam mewujudkannya, terutama kalau kita bongkar pengertiannya. Kutipan langsung dari Merriam Webster:

senyawa kimia yang diisolasi atau diturunkan dari minyak bumi atau gas alam

Dari pengertian itu, minyak bumi dengan segala senyawa yang terkandung di dalamnya bisa dikembangkan menjadi senyawa petrokimia, dan dengan ‘bisa’ saya maksud ‘telah’. Pasar petrokimia adalah pasar yang sangat besar dengan market size industri hulunya saja sekitar US$441 miliar pada 2019 dengan permintaan sebesar 61,8 juta ton produk petrokimia hulu. Ini belum ditambah dengan pasar plastik yang bernilai minimal US$500 miliar dan dapat mencapai US$1 triliun.

Berdasarkan urutan produksi dan jenis bahan bakunya, industri petrokimia dibagi menjadi tiga berdasarkan jenis produk yang dihasilkan, yakni industri hulu, intermediet, dan hilir. Ketiga jenis industri ini dapat dihubungkan dalam sebuah pohon industri yang salah satunya bisa dibaca di tautan berikut dan tautan ini juga.

Pohon industri menjelaskan bahwa industri-industri tersebut saling berhubungan secara sekuensial: produk industri hulu menjadi bahan baku industri intermediet dan produk industri intermediet menjadi bahan baku industri hilir.

Industri hulu sendiri bahan bakunya biasanya berasal dari pengolahan minyak dan gas dengan produknya secara umum ada dua yang paling terkenal, yakni olefin (alkena) seperti etilen, propilen, dan butadien; aromatik berupa benzen, toluen, dan para-ksilen serta turunannya; dan produk lain seperti metanol dan synthesis gas.

Oleh karena itu, beberapa pemain kunci industri petrokimia hulu merupakan integrasi vertikal dari industri perminyakan. Misalnya, Pertamina baru saja mengakuisisi Trans-Pacific Petrochemical Indotama dan induknya, Tuban Petrochemical Industries. Pertamina sendiri juga sudah banyak bergerak dalam bidang ini, terutama dalam produksi etilen, propilen, dan benzen.

Industri hulu menyediakan bahan baku untuk industri intermediet. Industri intermediet dalam hal ini umumnya berisi produk-produk yang tidak ditemukan dalam jumlah besar secara alami dan tidak juga dijadikan produk akhir terspesialisasi. Pemain kunci industri intermediet sangat tergantung pada jenis produknya mengingat semakin banyaknya produk yang dapat diturunkan dari bahan baku hulu. Beberapa di antaranya adalah Polytama Propindo (polipropilena), Sucofindo, dan Asahimas (monomer vinil klorida) serta pemain luar negeri seperti Chevron Phillips Chemical Company dan ENI di bidang stirena.

Setelah itu, industri intermediet sendiri menyediakan bahan baku untuk industri hilir dan end-use. Produk-produk hilir atau end-use itu sendiri juga sangat beragam tergantung bahan bakunya, misalnya plastik yang dibuat dari polimer, karet sintetis yang dibuat dari butadien, dan pupuk yang dibuat dari karbon dioksida dan amonia. Beberapa pemain kunci di bidang ini adalah Chandra Asri Petrochemicals, Lotte Titan, Asahimas, dan Mitsubishi Chemicals untuk produk plastik dan karet sintetis serta Pupuk Indonesia Holding Company untuk produksi pupuk.

Selain pengelompokan berdasarkan urutan produksi (hulu-intermediet-hilir), pengelompokan industri petrokimia juga dapat dilakukan berdasarkan jenis senyawanya. Misalnya, di review ini disebutkan pengelompokan berupa etilen, propilen, butadien, benzen, toluen, ksilen, dan metanol. Khusus metanol: penurunannya adalah dari synthesis gas (CO + hidrogen) yang lazim ditemui dan dibuat di industri gas alam dan batubara. Nantinya dia sendiri akan diturunkan menjadi campuran bahan bakar (dimetil eter untuk menggantikan LPG, MTBE untuk meningkatkan bilangan oktan), asam asetat, dan polimer seperti Terylene.

Perkembangan industri ini tidak bisa lepas dari kelahirannya pada 1835 ketika seorang Perancis menemukan bahwa vinil klorida yang disinari matahari akan berpolimerisasi menjadi PVC. Selanjutnya, senyawa-senyawa petrokimia lain juga ditemukan seperti polistirena, bakelit, poliuretan, serta Kevlar. Bersamaan dengan itu, industrinya sendiri mulai dikembangkan pada abad ke-20, salah satunya dengan produksi asetilen, dan tumbuh besar dengan Perang Dunia II yang menyebabkan peningkatan kebutuhan karet sintetis seperti karet butadiena-stirena (styrene-butadiene rubber, SBR).

Jadi, petrokimia adalah sebuah (kumpulan) industri yang memproduksi material-material dengan bahan baku yang diperoleh dari industri minyak dan gas. Petrokimia pertama kali ditemukan pada 1835 setelah ditemukannya senyawa PVC dan bertumbuh kembang karena perang. Petrokimia, mengingat definisinya, menjadi sebuah industri yang sangat luas cakupannya dan sangat besar nilai pasarnya. Industri ini kemudian dibagi menjadi industri hulu, antara (intermediet), dan hilir untuk mengetahui urutan produksinya.

Industri hulu menghasilkan senyawa-senyawa dasar seperti etilen, propilen, benzen, toluen, dan para-ksilen yang akan dimanfaatkan sebagai bahan baku industri intermediet dengan kebutuhan sebesar 61,8 juta ton dan nilai pasar sebesar US$441 miliar. Industri intermediet akan melanjutkan dari industri hulu dengan produk-produk seperti monomer vinil klorida, MTBE, dan dimetil eter. Terakhir, industri hilir menghasilkan produk-produk seperti karet sintetis, plastik, dan pupuk. Industri plastik khususnya memiliki nilai pasar sebesar US$560 miliar dan terus berkembang di masa kini seiring pemanfaatan petrokimia yang semakin meningkat.

--

--